Headlines News :

Home » » REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Written By Fatonah.Spd on Sabtu, 31 Oktober 2009 | 20.44

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. 28 : 77).
Pada bulan ini, tepatnya tanggal 2 Mei yang baru lalu kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Suatu momen penting, yang layak kita kritisi dalam kesempatan menjelang tahun ajaran baru ini. Di tengah masyarakat dalam kaitannya dengan ilmu pada umumnya kita mengenal dua istilah yaitu ulama untuk merujuk pada mereka yang pandai / menguasai keagamaan dan ilmuwan untuk merujuk pada mereka yang ahli pada ilmu yang lainnya. Padahal yang sebenarnya Ulama dan Ilmuwan memiliki esensi yang sama, yaitu mereka yang memiliki ilmu / keahlian di bidang tertentu. Sementara itu al-Qur’an menggaris bawahi bahwa yang paling tepat menyandang predikat Ulama adalah mereka yang punya rasa takut kepada Allah. Setinggi apapun ilmu seseorang apabila makin meningkat ilmunya makin meningkat pula kesombongan atau ketakaburannya, maka yang bersangkutan tak pantas disebut ulama, sebagaimana penegasan Allah dalam surat Fathir:28
إنما يخشى الله من عباده العلماء إن الله عزيز غفور
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun”.
Munculnya rasa takut merupakan ekspresi seseorang atas Kemahabesaran Allah yang memang hanya bisa dimengerti oleh para “Ulil Albab”. Sebagaimana banyak disebut Allah dalam al-Qur’an antara lain Surat Ali Imram : 190-191.
Upaya untuk meningkatkan derajat manusia juga tidak terlepas dari keterpaduan iman dan ilmu sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat Al-Mujadalah : 11
يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Oleh sebab itu upaya untuk meningkatkan iman dan ilmu selayaknya menjadi prioritas penting dalam kehidupan kita apalagi Allah memerintahkan “Iqra” sebagai awal pengajaran agama Allah. Pesan ini selaras dengan hadist Nabi : “Menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap Muslim”. Dari hadist tadi dan juga ayat di mukaddimah (Al-Qasas :77). Selayaknya kita fahami bahwa mempelajari ilmu agama adalah fardlu a’in dan ilmu dunia fardlu kipayah, akan tetapi apabila kita mempunyai potensi, bakat atau talenta tentang bidang tertentu rasanya menjadi fardlu a’in pula mempelajari dan mengembangkannya bagi kemaslahatan umat. Sebagaimana dicontohkan Ulama terdahulu yang juga sekaligus Ilmuwan seperti : Jabir Ibn Haiyan (Kimia); Al Asmai (Botani, kedokteran Hewan); Ibnu Ishak al-Kindi (Fisika, Optik); Al Battani (Matematika, astronomi); Ibnu Sinna (Kedokteran, Farmasi); Ibnu Khaldun (Filsafat, sejarah).
Data Pendidikan kita.
Dalam suasana memperingati Hari Pendidikan Nasional dan datangnya Tahun Ajaran Baru rasanya wajar pada kesempatan ini kita simak kondisi aktual dunia pendidikan kita setelah kita ketahui betapa Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan dalam rangka mendapatkan / menyebarluaskan ilmu yang diantaranya sebagai berikut :

1. Pendidikan Nasional adalah tugas penting berdirinya Negara yang antara lain bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan ini di implementasikan secara hukum bahwa Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa dan Negara berdasarkan amandemen UUD 45 dan UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas berkewajiban membiayai pendidikan 20 % dari anggaran. Tetapi barangkali kita semua paham realisasinya masih belum demikian.
2. Wajar dikdas 9 tahun yang di canangkan Presiden tanggal 2 Mei 1994, setelah lebih dari 12 tahun saat ini masih belum menggembirakan, di Jabar misalnya yang bervisi menjadi Propinsi termaju di Indonesia tahun 2010 angka rata-rata lama sekolah baru mencapai 7.2 tahun (setara SMP kelas 1-2)
3. Ranking IPM Indonesia menurut UNDP (2002) berada di urutan 110, berada di bawah Vietnam (109), Cina (96), Philipina (77), Thailand (70), dan Malaysia (59).
4. Perguruan Tinggi kita dibandingkan Perguruan Tinggi di Asia masih jauh tertinggal. Menurut Business Week (2001) dari 77 Perguruan Tinggi di Asia yang di survei UI urutan 63, UGM (68) dan menurut Shanghai Jian Tong University (2005) belum ada satupun Perguruan Tinggi kita yang masuk dalam 200 Universitas top di Asia.
5. Dengan standar kelulusan 4.5 pada UAN ternyata banyak anak didik kita yang gagal.
6. Pendidikan dalam kondisi seperti di ataspun sangat mahal untuk sebagian besar anak bangsa. Ahmad Tafsir (1992) dalam buku Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam menyimpulkan bahwa pendidikan yang berkualitas itu adalah (atau seharusnya merupakan) pendidikan yang mahal.
Langkah mendasar :
Kalau kita kembalikan lagi kepada Islam, ternyata banyak tuntunan yang belum kita laksanakan dengan serius untuk mencapai mutu yang baik. Salah satu diantaranya yang sangat mendasar adalah Firman Allah dalam surat al-Baqarah :233
والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف
“Para Ibu hendaknya menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakannya. Kewajiban ayah memberi pakaian dan makan kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”.
Pesan yang hampir sama ada di surat Luqman : 14 dan surat Al-Ahqof : 15.
Dalam kaitan ini Rasul menegaskan Uth lub ‘al-ilma minal mahdi ilal lahdy (menuntut ilmu mulai dari buaian sampai keliang lahat, terus menerus dan berkesinambungan).
Korelasi dari pesan yang mulia ini antara lain dapat kita temukan dari penelitian beberapa ilmuwan seperti :
1. Susmaliah Suwondo dkk (1971) telah menemukan keadaan di Indonesia satu hal yang penting mengenai pertumbuhan anak. Apabila pada masa bayinya seorang anak mengalami kurang gizi, ternyata kecerdasannya terganggu perkembangannya walaupun setelah masa rawan itu berlalu akhirnya anak itu mendapatkan makan yang cukup mutu dan gizinya : anak seperti ini kemampuan bernalar dan daya memahami persoalan tidak berkembang baik.
2. DR. Supriyanto Riyadi (2003) menyebutkan perkembangan otak anak dari lahir s/d umur 2 tahun dalam kondisi optimal gizi tumbuh s/d 80 % dan mendekati 100 % pada usia 5 tahun. Sebaliknya apabila kurang gizi s/d lewat 5 tahun perkembangan otak belum sampai 80 %.
3. Psikologi anak (1999) melaporkan aktifitas anak dari lahir s/d 2 tahun dalam kondisi optimal mengalami perkembangan kemampuan gerakan, emosi, pandang ruang, bahasa ibu, bahasa kedua dan logika. Apabila dalam periode tersebut kurang gizi dan kurang kasih sayang maka perkembangan aktiftas tersebut mengalami hambatan.
Beranjak dari hal-hal tersebut marilah kita dalami dan laksanakan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebaik-baiknya terutama dalam mendidik anak. Kurang lebih 30-50 tahun yang lalu ketika para ibu masih setia menyusui anaknya dunia pendidikan kita relatif baik dan bangsa lain seperti Malaysia belajar pada kita. Tetapi setelah tuntutan emansipasi, kesetaraan gender dan karir wanita. Anak-anak yang kita sayangi begitu lahir dan cuti ibunya habis di asuh pembantu / baby sister yang pendidikannya relatif rendah dan ASI diganti susu formula. Saat ini kita merasakan dampaknya dan kita harus belajar pada negara yang dulu menjadi murid kita.
Dengan uraian tadi, sesungguhnya Islam telah mengajarkan satu solusi yang mudah, murah dan insya Allah berkah. Sebagaimana dari sejarah dapat kita ketahui banyak Ilmuwan / Pemimpin / Seniman besar yang karyanya melintasi sejarah berasal dari kalangan biasa. (wallahu a’lam bi shawab).
Share this article :

1 komentar:

  1. buat teman guru sd yang ingin punya RPP dan SIlbaus berkarakter bangsa dapat memesan di www.edumediatama.wordpress.com

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. SD NEGERI JATIMEKAR IV - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template